• Rab. Mar 22nd, 2023

MACCAKI.COM

Olah Raga, Olah Hati, Olah Pikir

PENILAIAN PENJASORKES (2)

Bysyathir

Feb 8, 2019

Seperti yang diutarakan pada bagian pertama tulisan ini, Penilaian dapat dilakukan sebelum proses pembelajaran dilangsungkan sebagai bentuk diagnosis atas potensi peserta didik. Untuk mengetahui perkembangan pembelajaran, dilakukan penilaian pembelajaran ketika proses berlangsung, dan pada akhir pembelajaran sebagai gambaran dari hasil keseluruhan proses yang dijalankan.
Penilaian pembelajaran penjasorkes bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian pembelajaran dilakukan oleh guru secara berkesinambungan dan mencakup seluruh aspek pada diri peserta didik, baik aspek sikap, pengetahuan maupun keterampilan, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran penjasorkes. Tujuan penilaian terhadap kinerja (proses dan hasil) peserta didik dapat dijelaskan sebagai berikut;
a.  Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan: hasil tes dijadikan alat untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa baik sebagai individu maupun kelompok. Tes ini didasarkan pada ketrampilan dasar yang mencakup ketrampilan dasar lari, lempar, tangkap, menendang dan kemampuan lainnya. Pelaksanaan dilakukan pada awal tahun dengan maksud untuk mengetahui tingkat pencapaian terendah dan tertinggi. Data tersebut dijadikan bahan untuk pengelompokan dalam kegiatan belajar mengajar. Pada tes berikutnya hanya memfokuskan pada keterampilan yang lemah/rendah;
b. Bimbingan: penilaian sebagai bimbingan hendaknya tidak membandingkan kemampuan antara satu siswa dengan siswa lainnya, namun lebih diarahkan pada pengembangan kemampuan individual masing-masing siswa:
c.  Motivasi: penilaian merupakan suatu bentuk penghargaan (reward) atas keberhasilan ketercapaian kompetensi yang harus dicapai oleh siswa sedangkan atas kekurang berhasilan, hasil penilaian dapat dijadikan sebagai motivasi baginya untuk belajar lebih giat;
d. Laporan kemajuan peserta didik: Laporan hasil penilaian perlu disampaikan kepada siswa. Hasil tersebut dapat dipergunakan untuk melakukan evaluasi diri dan dengan sendirinya siswa secara tegas mengetahui apa yang telah diperolehnya selama mengikuti program pembelajaran penjas;
e.  Laporan kemajuan kepada orangtua; Orang tua berhak mengetahui perkembangan siswa. Perkembangan berkenaan dengan status siswa dalam pembelajaran ketrampilan gerak dasar, tingkat kebugaran siswa secara umum dan tentang sikap sosial sebagai akibat dari program penjas.
A.        Bentuk Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan
Pada penjelasan yang dituliskan sebelumnya, di dalam program penjasorkes pembelajaran juga diarahkan untuk mencapai tiga kategori atau domain kompetensi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bloom dan kawan-kawan seperti yang dikutip oleh Marilyn M. Buck (2007: 91) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif meliputi pembelajaran terhadap pengetahuan dan penerapannya, domain afektif meliputi akuisisi terhadap sikap perilaku, apresiasi dan penghargaan terhadap sikap perilaku tersebut. Terakhir adalah domain psikomotor yaitu pengembangan jasmani dan keterampilan neuromuskular.
Merujuk dari National Association for Sport and Physical Education (NASPE) dalam Marilyn M. Buck (2007: 19) menguraikan lima area pernyataan keluaran (outcome statements) yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya mencetak anak yang terdidik secara pendidikan jasmani sekaligus sebagai makna pembelajaran penjasorkes, yaitu keterampilan fisik, kebugaran jasmani, berpartisipasi secara reguler dalam aktivitas fisik, pengetahuan, serta sikap dan perilaku terkait dengan aktivitas yang dilakukan. Masing-masing dari statement tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Keterampilan fisik, merupakan proses pengembangan dan penghalusan esensi keterampilan neuromuskular yang digunakan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (mekanika tubuh dan postur), termasuk di dalamnya efisiensi dari berbagai gerak keterampilan, penghematan energi pada kinerja berbagai keterampilan, dan aktivitas yang lebih bisa dinikmati.
2.    Kebugaran jasmani, kebugaran jasmani dan kesehatan berkontribusi pada kehidupan yang efektif dan sejahtera. Terkait dengan kebugaran jasmani ini, peserta didik dituntut dapat mencapai taraf kebugaran yang diinginkan dan mengetahui secara pasti bahwa kebugaran jasmani merupakan kebutuhan bagi dirinya sepanjang hayat.
3.    Partisipasi dalam aktivitas fisik secara reguler, keikutsertaan peserta didik dalam aktivitas fisik secara reguler dapat mempertajam dan meningkatkan level kebugaran dan kesehatan, serta keterampilan fisik. Program penjasorkes yang baik menyediakan pengalaman bermakna dan kegemaran, serta motivasi beraktivitas fisik. Semakin baik dan bermakna program penjasorkes yang disediakan oleh sekolah, semakin meningkatkan peran serta peserta didik melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, yang pada akhirnya memberi sumbangsih dalam menciptakan masyarakat aktif yang sehat dan bugar.
4.    Pengetahuan, program penjasorkes yang diselenggarakan di sekolah seharusnya menjamin peserta didik memiliki pengetahuan dan memahami pentingnya aktivitas fisik dan keterkaitannya dengan kesehatan seseorang serta nilai-nilai esensial yang ada di dalamnya. Pengetahuan yang diperlukan juga meliputi prinsip-prinsip ilmiah aktivitas fisik, latihan, dan kesehatan. Contoh dari pengetahuan lain yang diharapkan dari diselenggarakannya program penjasorkes adalah kemampuan merancang dan menerapkan program kebugaran jasmani dan pengendalian berat badan, mengevaluasi kebugaran, serta keselamatan dalam melakukan aktivitas fisik. Penguasaan pengetahuan terhadap aturan permainan, strategi, dan teknik juga diperlukan dalam pembiasaan kemampuan peserta didik dalam menghadapi berbagai permasalahan pada situasi tekanan emosional yang tinggi. Selain itu peserta didik juga perlu menguasai pengetahuan tentang proses akuisisi gerak, prinsip dasar gerak (pusat keseimbangan, pengerahan tenaga, dan berbagai hal lain yang diperlukan dalam aktivitas fisik).
5.    Sikap-perilaku, perilaku positif harus dijadikan target (output)  dari program penjasorkes di sekolah. Peserta didik melalui penjasorkes tidak diharapkan hanya bisa melihat apa yang seharusnya dikerjakan, tetapi harus secara sukarela dan langsung mempraktikkan perilaku positif dalam setiap aktivitas. Nilai-nilai sosial yang dapat dikembangkan adalah kerja sama, komitmen, kepemimpinan, ketaatan, jiwa sportif, serta kerelaan berkorban untuk kepentingan yang lebih besar. Aktivitas  fisik dalam penjasorkes juga menyediakan saluran yang sesuai untuk merilis tekanan emosional, meningkatkan rasa kebanggaan diri, mengembangkan inisiatif, arah diri, dan kreativitas. Tujuan afektif pada penjasorkes selain mengembangkan sikap ketaataturan sosial, apresiasi terhadap aktivitas fisik serta keuntungan yang dapat diperoleh, juga diarahkan pada pengembangan kualitas moral seperti hormat terhadap hak orang lain, rasa empati dan belas kasihan, serta ketaatan terhadap hukum sebagai bagian dari warga negara yang baik. Sikap lain yang juga perlu dikembangkan adalah kualitas estetika, kegembiraan, dan keluwesan dalam melakukan aktivitas.
Konskuensi dari penjelasan ini adalah, dikarenakan keluaran yang diharapkan terdiri dari lima area maka idealnya penilaian diarahkan untuk mengukur ketercapaian lima area tersebut. Dan, oleh karenanya diperlukan jenis penilaian yang sesuai. Penilaian otentik merupakan jenis penilaian yang dapat dijadikan sebagai pilihan. Terkait dengan penilaian otentik (authentic assessmen) dan penilaian berbasis kinerja (performance based assessment) dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, Marilyn M. Buck, dkk., menjelaskan beberapa contoh unsur yang dinilai, yaitu:
1.    Kemampuan menggunakan keterampilan dalam situasi permainan yang sesungguhnya;
2.    Kemampuan dalam menyusun program latihan, melakukan latihan, dan mengukur hasil latihan program kebugaran jasmani;
3.    Menerapkan prinsip-prinsip belajar gerak dalam upaya menguasai keterampilan yang baru dipelajari.
Selain menjelaskan unsur-unsur yang dinilai, Marilyn M. Buck, dkk. juga menyebutkan karakteristik khusus  dalam penilaian berbasis kinerja pada pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, meliputi:
1.    Peserta didik menampilkan, mengkreasikan, atau melakukan sesuatu. Mereka dituntut untuk menggunakan “higher level thinking” untuk diterapkan pada berbagai konteks kehidupan nyata dan berarti. Keterampilan yang dikuasai dapat ditransfer ke dalam kehidupan sosial secara nyata dan pekerjaan yang sesungguhnya.
2.    Peserta didik benar-benar mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi performanya.
3.    Peserta didik dapat mengambil pelajaran untuk dapat merefleksi atau mengevaluasi kinerjanya sendiri, sehingga guru hanya berperan melayani sebagai pelatih maupun fasilitator.
4.    Peserta didik memiliki espektasi atau pengharapan agar kemampuannya dapat dilihat orang lain.
5.    Asesmen memuat pengujian terhadap proses maupun hasil belajar.
Proses penilaian pembelajaran penjasorkes diawali dari dan keberhasilannya ditentukan oleh kemampuan guru dalam menganalisis kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi-kompetensi tersebut berusaha dilukiskan dalam bentuk indikator keberhasilan pembelajaran yang mengungkap tanda-tanda, ciri, atau karakter peserta didik yang telah mencapai kompetensi yang ditetapkan. Jika tujuan pembelajaran adalah untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan tersebut, maka ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari seberapa banyak dan seberapa baik indikator keberhasilan pembelajaran dapat dipenuhi.
Terkait dengan manfaat diselenggarakannya program penjasorkes di sekolah agar peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sepanjang hayatnya (lifelong daily utilization), mampu bersaing (lifelong competitive utilization), dan pengisian waktu luang (lifelong recreational utilization) maka penilaian seharusnya juga diarahkan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada situasi kehidupan nyata. Ketika hal ini dilakukan maka esensi penilaian otentik akan benar-benar terlihat. Contoh yang lebih konkret dari pernyataan ini adalah jika seorang peserta didik mempelajari gerak dasar mengumpan maka yang akan diukur adalah seberapa baik keterampilan dasar tersebut digunakan dalam permainan.Walaupun untuk mengetahui perkembangan hasil belajarnya seorang guru dapat menerapkan penilaian otentik dengan terlebih dahulu merancangnya dengan berbagai tahap berikut ini:
a.  Memilih kompetensi dasar, pembanding sebagai patokan (benchmark) yang terstandar atau dapat dikembangkan oleh guru sesuai dengan kondisi yang ada, seta tujuan pembelajaran.
b.  Menginventarisir berbagai teknik penilaian untuk setiap domain pembelajaran.
c.  Menjawab pertanyaan “Apa tugas yang dapat saya berikan kepada peserta didik untuk menunjukkan penguasaan konsep, keterampilan, dan sikap yang mereka miliki?”
d.  Melengkapi tugas yang diberikan dengan petunjuk yang memuat jenis tugas (pribadi/berpasanagn/kelompok), waktu penyelesain tugas, fasilitas yang diperlukan, alternatif tugas bagi peserta didik yang sangat berbakat, instrumen uji formatif untuk memberikan feedback, dan cara merefleksikan diri dengan bantuan guru maupun pasangan.
e.  Menyiapkan informasi “model” yang dapat dijadikan sebagai contoh bagi peserta didik atas capain kompetensi yang diinginkan.
f.   Memahami cara mengevaluasi dan melakukan konversi data ke dalam derajat kemampuan peserta didik.
g.  Memilih strategi pembelajaran yang mungkin akan digunakan untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan agar peserta didik dapat memenuhi tugas yang diberikan. Strategi tersebut meliputi pra asesmen terhadap bekal awal (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang diperlukan, berbagai kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta alternatif yang sesuai dengan gaya belajar dan kapabilitas peserta didik, dan cara untuk membantu peserta didik mengembangkan sikap positif mengenai pembelajaran dan tugas yang harus dilakukan.
h.  Merencanakan cara kerja peserta didik dan atau pasangannya menilai kinerjanya.
Penyusunan instrument penilaian didahului dengan mengembangkan Indikator sebagai sasaran evaluasi yang dituliskan secara operasional dengan kata-kata kerja mendefinisikan, membuat daftar, menjelaskan, menjabarkan, dan sebagainya untuk pengetahuan, menyusun, memadukan, menyesuaikan, memodifikasi, membangun, dan lain-lain untuk keterampilan, serta menghargai, menerima, menjunjung tinggi, berkomitmen, dan sebagainya untuk aspek sikap. Mengukur sikap merupakan bagian yang sulit karena pengukurannya mencakup identifikasi tampilan luar (perbuatan/tindakan), dan proses internal (perilaku pikir). Rumusan sasaran evaluasi dituliskan dengan jelas hanya ditafsirkan satu arti (tidak ambigu) baik oleh peserta didik, maupun penilai.
Penyusunan instrument penilian paling tidak harus memenuhi syarat secara isi (substansi) yang menggambarkan kompetensi yang akan dinilai, cara dan tahap penysunan (konstruksi)sesuai dengan cara dan tahap yang benar, serta menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah dan tahap perkembangan peserta didik.
1.    Instrumen Penilaian Sikap
Instrumen penilaian sikap disusun untuk dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik, teman sebaya, orangtua, maupun guru. Pada prinsipnya secara garis besar penilaian sikap diarahkan untuk mengungkap tanggung jawab peserta didik terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain (personal and social responsibility). Pada konteks kurikulum 2013 diarahkan untuk menilai kompetensi inti I (sikap spiritual) dan kompetensi inti II (sikap social). Berikut adalah contoh pengembangan instrument penilaian sikap.
a.       Menyusun kisi-kisi penilaian sikap, misalnya sikap disiplin, kerja sama, dan tanggung jawab dalam konteks permainan bola besar. Kisi-kisi ini sekaligus dapat dijadikan sebagai instrument penilaian.
Aspek yang Diukur
Deskripsi Sikap yang Diukur
BT
MT
TN
1.    Disiplin
Hadir tepat waktu
Mengikuti seluruh proses pembelajaran
Selesai tepat waktu
2.    Kerja sama
Bersama-sama menyiapkan peralatan
Mau memberi umpan ketika bermain
Mau menjadi penjaga bola
3.    Tanggung jawab
Mau mengakui kesalahan yang dilakukan
Tidak mencari cari kesalahan teman
Mengerjakan tugas yang diterima
Keterangan:
a.    BT    : Belum Tampak
b.    MT   : Mulai Tampak
c.     TN    : Tampak Nyata
b.       Menggunakan instrumen penilaian
Guru, peserta didik yang bersangkutan (self assessment), rekan sebaya (peer assessment) memberi tanda contreng (V) pada kolom BT (belum tampak), MT (mulai tampak), TN (tampak nyata) sesuai dengan kondisi obyek pengamatan untuk guru dan pasangan atau yang dirasakan sendiri oleh peserta didik.
c.       Memaknai hasil
Dari kisi dan instrument tersebut, guru dapat memberikan simpulan akhir bahwa “secara umum ketiga sikap peserta didik terlihat “jelaskan kondisi sesuai hasil pengamatan” namun demikian pada aspek “disiplin/ kerja sama/ tanggung jawab” perlu ditingkatkan.
2.    Instrumen Penilaian Pengetahuan
Pengetahuan yang akan dinilai pada pembelajaran penjasorkes berdasarkan pendapat Baufard dan Wall dalam Allen W Burton (1998: 149) meliputi pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) berupa pengetahuan yang bersifat fakta tentang peraturan, hukum, prinsip-prinsip latihan dan lainnya. Pengetahuan ini dapat diukur melalui paper and pencils test, dan interviu. Sedangkan pengetahuan lain adalah pengetahuan procedural yang berkenaan dengan bagaimana keterampilan dilakukan (how do thing), tahapan serta langkah-langkahnya. Pengetahuan ini menurut Thomas & Thomas dapat diukur dengan melalui tes lisan dan tulis, serta penampilan fisik secara aktual (actual physical performance).
Berikut adalah contoh pengembangan instrument penilaian pengetahuan:
a.       Menyusun kisi-kisi instrument  penilaian pengetahuan

No
Kompetensi Dasar
Indikator Esensial
Uraian Gerak
Pen-skoran
1.
Mempraktikkan keterampilan dasar permainan bola besar dengan kontrol yang baik (contoh passing bawah bolavoli)
a.     Posisi dan sikap awal
1.     Kedua kaki dibuka selebar satu setengah bahu
2.     Badan agak condong ke depan, berat badan antara kedua kaki
3.     Kedua lengan dan tangan relaks di samping badan
4.     Pandangan mata ke arah datangnya bola
Skor 4, jika seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
b.     Pelaksanaan gerakan
1.     Kedua atau salah satu kaki dilangkahkan untuk menyesuaikan dengan letak bola
2.     Badan agak condong ke depan, berusaha meletakkan bola di tengah  badan
3.     Kedua lengan disatukan di depan pinggang dan diayun ke depan atas hingga setinggi dada
4.     Pandangan mata ke arah lepasnya bola
Skor 4, jika seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
c.      Posisi dan sikap akhir
1.     Kedua kaki dikembalikan terbuka selebar satu setengah bahu
2.     Badan kembali agak condong ke depan, dan berat badan antara kedua kaki
3.     Kedua lengan dan tangan kembali relaks di samping badan
4.     Pandangan mata ke arah lepasnya bola
Skor 4, jika seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
2.
………………
………………
……………..
……..
……..
…………………….
       Dari kisi-kisi tersebut dapat disusun contoh instrument penilaian dalam bentuk soal uji tulis, sebagai berikut:
1.       Ada berapakah teknik dasar yang dapat kalian kombinasikan dalam permainan bola besar (contoh sepakbola)? Sebutkan jenis-jenis teknik dasar tersebut!
2.       Sebut dan jelaskan berbagai kegunaan variasi dan kombinasi teknik dasar dalam melakukan permainan bola besar (contoh sepakbola)!
3.       Jelaskan cara melakukan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan bola besar (contoh; sepakbola)!
c.       Berdasarkan hasil dari uji tulis yang telah dilakukan, skor dapat diolah sebagai berikut:
Perolehan skor peserta didik (P) dibagi dengan skor maksimum (Max) (sesuai contoh; 3 soal X 11 = 33) dikalikan dengan satuan penilaian (satuan, atau puluhan).
Rumus       : P/ Max X 100
Contoh      : 8/ 11 X 100
Nilai Peserta Didik : 72,72
3.    Instrumen Penilaian Keterampilan Gerak
Keterampilan gerak yang dikenal dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan meliputi gerak awal pada usia dini (early movement milestone), keterampilan gerak dasar (fundamental movement skill), dan keterampilan gerak khusus (specialized movement skill). Namun, berdasarkan Davis dan Burton terbagi ke dalam keterampilan memindahkan posisi tubuh (locomotion), keterampilan menggerakkan obyek atau berbagai benda (locomotion on object), keterampilan dalam menggunakan berbagai anggota tubuh di tempat (propulsion), keterampilan menerima benda lain (reception), dan kemampuan merubah posisi anggota tubuh dan tubuh terhadap benda lain (orientation). Selain itu juga dijelaskan perpaduan berbagai keterampilan tersebut berupa permainan.
Penyusunan instrument penilaian keterampilan gerak semestinya didasarkan pada jenis (category) gerak berdasarkan pengaruh lingkungan (terbuka (open loop skill), tertutup (close loop skill)), berdasarkan akhirnya gerakan (tunggal/ terpenggal (descret), berkelanjutan (serial), dan berulang (continuum). Selain itu keterampilan juga dapat didasarkan pada otot yang digunakan gerak dengan otot halus (fine motor skill) dan gerak dengan menggunakan otot besar/ kasar (gross motor skill).
Di dalam penilaian keterampilan gerak perlu pula diperhatikan unsur yang dinilai, yaitu proses gerak (movement process) bukan “penilaian proses” yaitu bagaimana suatu gerakan dilakukan atau sering disebut teknik gerak, dan hasil gerakan (movement product) atau keluaran gerak (output movement). Hasil gerak ini dapat dikukur seberapa jauh dan tinggi peserta didik melompat, seberapa cepat didik peserta dapat berlari dalam jarak 50 meter, berapa kali peserta didik dapat melakukan passing bawah bolavoli dalam kurun waktu satu menit, dan seterusnya. Semua jenis penilaian dapat dilakukan, namun demikian sangat tergantung dengan kompetensi yang harus diperoleh oleh peserta didik. Selain itu, mengacu pada penilaian otentik berbasis kinerja, berbagai penilaian terhadap keterampilan tersebut dapat lebih bermakna ketika dilakukan dalam suasana permainan yang sesungguhnya.
Berikut adalah contoh pengembangan instrument penilaian keterampilan gerak jenis (category) keterampilan tunggal/ terpenggal (descret):
a.       Menyusun kisi-kisi instrument  penilaian keterampilan gerak
No
Kompetensi Dasar
Indikator Esensial
Uraian Gerak
Pen-skoran
1.
Mempraktikkan keterampilan dasar permainan bola besar dengan kontrol yang baik (contoh passing bawah bolavoli)
a.    Posisi dan sikap awal
1.    Kedua kaki dibuka selebar satu setengah bahu
2.    Badan agak condong ke depan, berat badan antara kedua kaki
3.    Kedua lengan dan tangan relaks di samping badan
4.    Pandangan mata ke arah datangnya bola
Skor 4, jika seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
b.    Pelaksanaan gerakan
1.    Kedua atau salah satu kaki dilangkahkan untuk menyesuaikan dengan letak bola
2.    Badan agak condong ke depan, berusaha meletakkan bola di tengah  badan
3.    Kedua lengan disatukan di depan pinggang dan diayun ke depan atas hingga setinggi dada
4.    Pandangan mata ke arah lepasnya bola
Skor 4, jika seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
c.     Posisi dan sikap akhir
1.    Kedua kaki dikembalikan terbuka selebar satu setengah bahu
2.    Badan kembali agak condong ke depan, dan berat badan antara kedua kaki
3.    Kedua lengan dan tangan kembali relaks di samping badan
4.    Pandangan mata ke arah lepasnya bola
Skor 4, jika seluruh uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 3, jika tiga uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 2, jika hanya dua uraian gerak dilakukan dengan benar
Skor 1, jika hanya satu uraian gerak dilakukan dengan benar
2.
………………
………………
……………..
……..
……..
…………………….
b.       Dari kisi-kisi tersebut dapat disusun contoh instrument penilaian dalam bentuk lembar pengamatan, sebagai berikut:
No
Indikator Esensial
Uraian Gerak
Ya
 (1)
Tidak
 (0)
1.
Posisi dan Sikap Awal
a.     Kaki
b.     Badan
c.      Lengan dan tangan
d.     Pandangan mata
2.
Pelaksanaan Gerak
a.     Kaki
b.     Badan
c.      Lengan dan tangan
d.     Pandangan mata
3.
Posisi dan Sikap Akhir
a.     Kaki
b.     Badan
c.      Lengan dan tangan
d.     Pandangan mata
Atau dapat disederahanakan menjadi:
No
Nama Peserta Didik
Posisi/ Sikap Awal
Pelaksanaan Gerak
Posisi/ Sikap Akhir
Jumlah Skor
4
3
2
1
4
3
2
1
4
3
2
1
1.
Budi Santosa
2.
Roji
3.
Suherman
…….
……………………………
….
….
….
….
….
….
….
….
….
c.       Berdasarkan hasil dari uji tulis yang telah dilakukan, skor dapat diolah sebagai berikut:
Perolehan skor peserta didik (P) dibagi dengan skor maksimum (Max) (sesuai contoh; 3 Indikator Esensial X 4 = 12) dikalikan dengan satuan penilaian (satuan, atau puluhan).
Rumus       : P/ Max X 100
Contoh      : 9/ 12 X 100
Nilai Peserta Didik : 75
B.        Pelaporan Hasil Penilaian Pembelajaran
Berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 laporan hasil penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Laporan oleh pendidik berbentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi untuk hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan untuk penilaian sikap dilaporkan dalam bentuk deskripsi sikap. Laporan di disampaikan kepada kepala sekolah, serta pihak lain yang terkait. Laporan penilaian sikap spiritual dan social disampaikan secara periodic oleh wali kelas/ guru kelas sebagai akumulasi dari laporan dari seluruh guru mata pelajaran dalam bentuk deskripsi kompetensi.
Satuan pendidikan melaporkan hasil pembelajaran/ pencapaian kompetensi kepada orangtua/ wali peserta didik dalam bentuk buku rapor.  Selain itu laporan juga disampaikan kepada dinas pendidikan dan instansi lain yang terkait.
Pelaporan hasil penilaian dijadikan pertimbangan dalam melakukan tindak lanjut, sebagai titik awal perbaikan program pembelajaran, peningkatan kinerja peserta didik, remedial dan pengayaan.
Demikian sekelumit penilaian dalam mata pelajaran Penjasorkes, namun demikian apa yang menjadi strategi penilaian tetap menperhatikan kebutuhan dan situasi dan kondisi, sarana prasarana yang dimiliki oleh satuan pendidikan. Apa yang disampaikan adalah kondisi ideal dalam setiap penilaian yang dilakukan setiap guru semoga tetap bermanfaat bagi para guru. Semoga tetap semangat Dalam melaksanakan tugasnya menjadi berkah dalam hidupnya, dan melahirkan generasi yang cerdas, sehat dan kuat untuk  bangsa, negara dan agama…aamiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *