• Rab. Mar 22nd, 2023

MACCAKI.COM

Olah Raga, Olah Hati, Olah Pikir

Gelap Untuk Indahnya Jingga yang Perlahan Padam

Bymawaddahmutiah

Jun 30, 2022

        Pada angin kencang yang tak melihatku tak bisa membawa diri. Pijakan kaki yang masih tertatih memeluk asa yang sebenarnya bukan tak pasti, melainkan sedang dipersiapkan.

Selasa 7 Juni 2022 adalah percobaan pertama yang ku mulai untuk menjemput titik terang yang masih penuh tanda tanya. Seperti biasa aku ditumpangi oleh kakak sulung yang hendak ingin menuju ke tempat kerja. Namun, layaknya hari-hari sebelum masalah atau ujian ini menerpa seperti biasa aku hanya numpang setengah jalan dan harus turun di depan minimart untuk pesan ojol.

       Aku tidak begitu faham apa yang masih berenang tak tenang memenuhi isi kepalaku, yang jelas karena Ujian ini pasti ada Maksud baikNya untuk membuatku hidup dan terus tumbuh meski harus berdampak hujan deras membasahi hingga memalsukan lengkungan senyumku.

Seribu bahkan lebih teka-teki telah terumuskan sendiri tanpa dipinta inilah puncak sebenar-benarnya kecewa atas diri sendiri hingga sampai saat ini aku masih terus bertanya-tanya ada apa dengan diriku? dan mengapa harus aku?

Padahal sepertinya aku tak sekuat itu….

Semenjak hal itu merubah diriku menjadi teramat berbeda, hujan deras lancang memekik,  menguasai. Selama dua minggu lima hari sampai akhirnya titik terlelah jatuhnya hujan deras yang menerpa mulai mengalah sepertinya betah untuk tetap membasahi sampai hari ini meski tidak lagi diidentikkan dengan bulirnnya yang berjatuhan.

Apakah ini alasan mengapa sedih enggan mulai bercerita untuk menitipkan penggambaran atas luka yang dirasakan Entahlah semoga aku dan diriku kuat ya cobalah katakan itu setiap hari wahai aku yang hampir lumpuh di porak-poranda oleh rasa kecewa sepaket dengan Segelintir alasan untuk kembali rapuh tanpa estimasi waktu….

 

 Aku Kira Hanya Untuk sejenak, Nyatanya masih terus bertanya Ada Apa denganKu? 

Cipt: Muti’ah Mawaddahtul Maulia

Pada Awan aku kembali bercerita

Pagi yang selalu kutunggu untuk ada

Pagi yang menemani dengan jawaban yang lebih menenangkan aku

 

Seperti Angin aku ingin mendinginkan

Aku yang selalu menunggu pagi itu tiba

Sekarang apa?

Nyatanya aku tak begitu mahir tersenyum

Nalarku seolah mengirimkan pesan

Bahwa awan dan langit pagi tak seindah itu

Namun… Di pagi, aku banyak menaruh harap

Harap terhadap manusianya

Harap terhadap luluhNya

Harap terhadap semua yang masih bisa diubah

Aku sedikit terdengar egois, memang

Sampai setiap detik hingga hari ini

Masih terus bertanya

Ada apa dengan ku?

Atau…. mengapa harus aku

 

Bertanya akankah keadilan hadir bersama daksa atas nama aku

Semilir angin membawa semua tanya kosong itu katanya

Padahal ada banyak kacamata yang tak mampu jeli dalam menerka

Semua telah dilewati semampunya

Mau bercerita pada siapa?

Semua seperti asing pada keakraban sunyi dalam keramaian

Aku mungkin berbicara seolah menjadi pihak paling menderita

Padahal kita seluruh yang punya

Punya banyak nuansa menjalani kenyataan dunia

Yang memang benar, predator yang paling menyakitkan adalah berharap pada MANUSIA.

 

Mari menunggu tanggal tenang dariNya

Akankah kita lepas dari seikat nestapa yang semakin mencekik untuk membentuk daksa Sekuat-kuatnya

Akankah semesta turut membantu agar raga semakin bertahan lama dalam menerjang segala rancangan darinya

Kenyataannya tetaplah izinkan hadirnya tumpah ruah dengan deras sederas hujan di bulan Juni

Biarkan air mata hadir sebagai pelengkap apa yang nanti layak untuk saling berterima

Semua ini ternyata hanya prasangka seorang manusia biasa

Sepertinya kita sama…

Aku kira ini hanya untuk sejenak saja tapi apa?

Nyatanya kita menjadi daksa

Ehh nyatanya aku masih menjadi daksa yang lancang untuk terus bertanya

Ada apa dengan ku?

Mengapa harus aku?

Dan akan tetap selalu kutunggu

Keajaiban itu datang menghampiriku

Bukan untuk waktu yang tercepat

Melainkan datangkanlah segala bentuk bahagia itu diwaktu yang tepat menurut-Mu

Dan akan kupastikan terjemahan kembali atas sedih ini

Ternyata ada hikmah luar biasa yang engkau gratiskan dan engkau anugrahkan atas  manusia pendosa seperti aku

5 thoughts on “Gelap Untuk Indahnya Jingga yang Perlahan Padam”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *