Pada angin kencang yang tak melihatku tak bisa membawa diri. Pijakan kaki yang masih tertatih memeluk asa yang sebenarnya bukan tak pasti, melainkan sedang dipersiapkan.
Selasa 7 Juni 2022 adalah percobaan pertama yang ku mulai untuk menjemput titik terang yang masih penuh tanda tanya. Seperti biasa aku ditumpangi oleh kakak sulung yang hendak ingin menuju ke tempat kerja. Namun, layaknya hari-hari sebelum masalah atau ujian ini menerpa seperti biasa aku hanya numpang setengah jalan dan harus turun di depan minimart untuk pesan ojol.
Aku tidak begitu faham apa yang masih berenang tak tenang memenuhi isi kepalaku, yang jelas karena Ujian ini pasti ada Maksud baikNya untuk membuatku hidup dan terus tumbuh meski harus berdampak hujan deras membasahi hingga memalsukan lengkungan senyumku.
Seribu bahkan lebih teka-teki telah terumuskan sendiri tanpa dipinta inilah puncak sebenar-benarnya kecewa atas diri sendiri hingga sampai saat ini aku masih terus bertanya-tanya ada apa dengan diriku? dan mengapa harus aku?
Padahal sepertinya aku tak sekuat itu….
Semenjak hal itu merubah diriku menjadi teramat berbeda, hujan deras lancang memekik, menguasai. Selama dua minggu lima hari sampai akhirnya titik terlelah jatuhnya hujan deras yang menerpa mulai mengalah sepertinya betah untuk tetap membasahi sampai hari ini meski tidak lagi diidentikkan dengan bulirnnya yang berjatuhan.
Apakah ini alasan mengapa sedih enggan mulai bercerita untuk menitipkan penggambaran atas luka yang dirasakan Entahlah semoga aku dan diriku kuat ya cobalah katakan itu setiap hari wahai aku yang hampir lumpuh di porak-poranda oleh rasa kecewa sepaket dengan Segelintir alasan untuk kembali rapuh tanpa estimasi waktu….
Aku Kira Hanya Untuk sejenak, Nyatanya masih terus bertanya Ada Apa denganKu?
Cipt: Muti’ah Mawaddahtul Maulia
Pada Awan aku kembali bercerita
Pagi yang selalu kutunggu untuk ada
Pagi yang menemani dengan jawaban yang lebih menenangkan aku
Seperti Angin aku ingin mendinginkan
Aku yang selalu menunggu pagi itu tiba
Sekarang apa?
Nyatanya aku tak begitu mahir tersenyum
Nalarku seolah mengirimkan pesan
Bahwa awan dan langit pagi tak seindah itu
Namun… Di pagi, aku banyak menaruh harap
Harap terhadap manusianya
Harap terhadap luluhNya
Harap terhadap semua yang masih bisa diubah
Aku sedikit terdengar egois, memang
Sampai setiap detik hingga hari ini
Masih terus bertanya
Ada apa dengan ku?
Atau…. mengapa harus aku
Bertanya akankah keadilan hadir bersama daksa atas nama aku
Semilir angin membawa semua tanya kosong itu katanya
Padahal ada banyak kacamata yang tak mampu jeli dalam menerka
Semua telah dilewati semampunya
Mau bercerita pada siapa?
Semua seperti asing pada keakraban sunyi dalam keramaian
Aku mungkin berbicara seolah menjadi pihak paling menderita
Padahal kita seluruh yang punya
Punya banyak nuansa menjalani kenyataan dunia
Yang memang benar, predator yang paling menyakitkan adalah berharap pada MANUSIA.
Mari menunggu tanggal tenang dariNya
Akankah kita lepas dari seikat nestapa yang semakin mencekik untuk membentuk daksa Sekuat-kuatnya
Akankah semesta turut membantu agar raga semakin bertahan lama dalam menerjang segala rancangan darinya
Kenyataannya tetaplah izinkan hadirnya tumpah ruah dengan deras sederas hujan di bulan Juni
Biarkan air mata hadir sebagai pelengkap apa yang nanti layak untuk saling berterima
Semua ini ternyata hanya prasangka seorang manusia biasa
Sepertinya kita sama…
Aku kira ini hanya untuk sejenak saja tapi apa?
Nyatanya kita menjadi daksa
Ehh nyatanya aku masih menjadi daksa yang lancang untuk terus bertanya
Ada apa dengan ku?
Mengapa harus aku?
Dan akan tetap selalu kutunggu
Keajaiban itu datang menghampiriku
Bukan untuk waktu yang tercepat
Melainkan datangkanlah segala bentuk bahagia itu diwaktu yang tepat menurut-Mu
Dan akan kupastikan terjemahan kembali atas sedih ini
Ternyata ada hikmah luar biasa yang engkau gratiskan dan engkau anugrahkan atas manusia pendosa seperti aku
Hola, queria saber tu precio..
hola también, encantada de conocerte. te refieres a precio?