~SECARIK ISI HATINYA~
Kisah ini terjadi setelah secarik demi secarik kertas mulai tak layak baca, dengan segala luka parah dan berhasilnya baik baik saja serta luar biasa berpura pura bahagia sedang bersama bukanlah sesingkat pandangan mata. ini perihal belajar melepaskan apa yang tak sanggung untuk saling menggenggam karena Tak ada yang mengiyyakan dan restu-Nya belum menakdirkan penyatuan dua rasa yang hanya berprasangka sama perihal kenyataannya di akhir keduanya berlabuh pada samudra dan sosok yang berbeda dan diluar ekspektasi hidup menua hingga syurga, karena kepastian pun tak kunjung ia ucap dengan sepenuh rasa libatkan-Nya dan tak kunjung bukti ingin meminta restu yang lebih berhak atasnya.
Disinilah titik kekalahan sebenarnya bahwa lelaki tak sadar satu wanita sedang banyak dilibatkan dalam doa lelaki lain dan sedang merancang baik bagaimana memikat hati kedua orang tuanya agar kelak bisa melanjutkan amanah dengan menjaga dan janji untuk bahagia hingga jannah firdaus – Nya. Sebaliknya untuk wanita, lelaki ingin tahu jawaban dari segala rasa bolehkah ia di pertemukan dan mendengarkan restu dari sang pemegang amanahmu, sebab jika tidak dengan pastinya boleh jadi ia bisa mencari dan segera ingin menemukan wanita yang siap untuk menemaninya memenuhi dan menyempurnakan separuh agamanya dengan menjalanankan sebenar – benarnya ibadah dengan jalan kesungguhan untuk menghalalkanmu memiliki dan menjaga sepenuh rasa
dan seutuhnya hingga jannah firdaus – Nya
PENYESALAN KU
Cipt : Muti’ah Mawaddahtul Maulia
Dari sekian banyak yang bertujuan untuk membawa segala rasa hanya tujuan ingin bersama
Namun kesalahan terbesarnya mengapa tak berani mensucikan dan mengabadikan rasa atas Melibatkan Allah dalam melindungi keduanya yang saling menaruh harap selamanya ingin Menikmati hari berdua dengan jalan menghalalkannya?
Apalah arti sebuah yang ingin dibuat terikat sedangkan tak ada ikhtiar yang memudahkan jalannya Kekuatan untuk saling menyempurnakan diatas agama-Nya
Banyak darinya hanya terpaku pada rasa dengan kekalahan terbesar karena kemenangan dipegang Oleh hawa nafsu dunianya yang membutakan perihal pahala akhirat kelaknya
Sedangkan begitulah kodrat dan nikmatnya sebuah ibadah penyempurna semasing separuh agama
Dan tak ada gunanya untuk heran ketika dua raga yang menyatakan dalam hatinya ia serius ingin Menggapai hakikinya hidup selalu disampingnya namun sama sekali tak mempelajari bagaimana tau Batas saat belum dan tak terikat apa – apa
Inilah hasrat purba yang belum tahu cara menjaga hati sang maha penggenggam rasa setiap hamba
Dimuka bumi alam semesta nan fana tempat persinggahan sementara
Banyak yang diragukan sucinya apa yang tumbuh dalam diri dan hatinya
Karena lupa lah kita pada menjaga hati -Nya yang kekal, dan selalu menyertai
Ketika engkau berpaling darinya akan rasamu pada salah satu ciptanya
Sejujurnya ia pun cemburu akannya
Namun benar saja, ia tak pernah meninggalkan sekalipun yang kau pertahankan beranjak bepergian
Bahkan tak yakin akan pulang
Banyak darinya penyesalan begitu mengguncang dan ucap rasa kecewa teramat dalam
Sedang kau pun datang tak berjanji dalam hal tinggal hingga bersama dalam berpulang saat Sampailah panggilan usai dalam semesta tempat persinggahan
Penyesalanku dengan segala bentuk luka yang tak pernah terbayang sebegini menyiksa
karena percaya akan semunya
Tak berujung terikat dalam kunci utama akad
Ini lebih hebat dari berpura
Ini hanya kwitansi beruntun deras hujan berteman air mata seorang lelaki yang tak gunakan waktu
Menghalalkannya bukanlah hal yang dijadikan utama dalam menggapai ridho-Nya
Penyesalanku ada saat menjelang hari – hari bahagiamu
Saat tak sadar ada banyak pejuang ragamu yang penyabar dan selembut ini
dalam menyikapi lebih dahulu rasa
Nyatanya bukanlah aku pemilih hak atas hati, raga, rasa, dan segala kasih tulusmu
Saat semua semakin merujuk kepada apa?
Seakan semua pergi tanpa terencana
Tiba – tiba 2 raga saling asing dan bisu dalam hal bicara
Kini kau adalah hal yang paling layak memilikinya
Dimiliki sepenuhnya
Karena keberanian yang terlalu enggan, dan mahir menunda – nunda setiap alasan yang ada
Kau benar, beginilah hadiah yang harus siap terima, saat kini ragaku adalah yang benar kalah
Tapi hati bukan tuk dipilih karena saat keduanya datang padamu
Tak ada yang tau kau menerima raga siapa
Dan nama siapa yang tercetak tebal sah dimata-Nya
Semesta dan Allah ikut aamiin dan mengiyyyakan segala restu- Nya
Seolah tak peduli
Dengan hari ini bersama adalah bukan pilih atas ragaku
Melainkan kemenangan satu sosok baru yang benar, Allah pilihkan
Untuk membersamai hingga menua kelak usiamu
Kulepas dengan hela nafas
Tersadar kita hanya sebatas secarik kisah lama
Dan aku satu – satunya yang harus melipat cerita lama
Dengan membuat bait dan ukiran kisah baru dengan lain sosok
Percayaku tak ada niat melukaiku
Melainkan membuat mu ragu dengan segala lalai akan tak pasti ku waktu itu
Perbaiki persepsi perihal fitrah rasa karena ada yang menyikapinya dengan mendalam belum tentu diberi pengharapan hingga terjadi janji akan kenyataan